Thursday, May 28, 2020

wanita itu harus selalu kuat

Aku benar benar merasakan bagaimana menjadi seorang ibu. Maksudnya ibuku adalah ibu rumah tangga.  Yang mengerjakan semua pekerjaan rumah,  anter jemput ke empat anaknya sekolah dan kuliah, dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Tapi ketika ibu sakit,  ayah begitu cuek.  Aku berpikir apakah semua suami seperti itu.  Aku harap aku tak begitu nantinya.  Kenyataannya ketika aku menjadi ibu dan istri serta guru semuanya terjadi begitu saja denganku. 

Aku selalu berusaha kalo sakit aku pasti merengek sama ibuku meskipun aku sudah bersuami.  Tapi kadang kala ibu juga merasa capek seharian aku titipin anak ketika aku Workshop. Seperti hari ini,  aku tiba2 sakit kepala yang begitu hebat. Tapi sesampainya dirumah aku bisa langsung istirahat.  Aku harus beres2 rumah, bersih2,  mandi lalu jemput anak kerumah ibu dan langsung mengurus anak dan lain lain.  Sakitku begitu kuat,  akhirnya aku minta urut sm suami. Dan di nggak mau karena katanya dia capek seharian dirumah. Oke dia capek juga tapi kalo suami secapekcapeknya mereka.  Pasti bisa buat istirahat karena tak ada lagi yg dikerjakan.  Aku hanya ingin dipijet sedikit saja. Belum anak sangat begitu drama parah yang membuat sakit kepala.  Ya malemnya dia mau meskipun sambil marah2. 

Tengah malem tetiba tangan kram minta dipencet sedikit karena aku sambil menyusui anaknya.  Ya lagi lagi dia ngemarahin aku.  Aku begitu sedih dan menangis sejadi2nya. Aku tuh cuma minta pencet tangan aja karena kram. Dia marah2.  Aku ngerasa aku nggak boleh ngeluh meskipun aku sakit parah.  Aku nggak boleh melakukan apapun. Sebagai istri,  ibu dan pekerja aku harus kuat dan tahan banting.  Gak boleh terlihat lemah atau pun merengek.  Aku harus bermanja dengan siapa. Aku nggak tau apakah setiap suami seperti itu ya.  Apakah hakikatnya suami harus seperti itu.  Terkadang aku berpikir bahwa emang semua suami2 harus seperti itu. Itu yang membuatku menahan apapun. Mungkin ini emang hakikatnya istri. Istri harus kuat. Terkadang aku melihat papa nya membantu pekerjaan ibunya tapi suamiku nggak mau.  Dia terkdang menyuruhku mencari pembantu padahal aku bekerja gotong royong pasti beres.  Tapi dia gak mau sama sekali berbagi karena itu hakikatnya seorang istri. Aku terkadang nggak mau ngeluh kalo beliau gak bisa bantu apapun pekerjaan rumah,  sekolah dan lain2 tapi aku harap dia bisa jadi tempat bermanja. 

Tapi itu gak mungkin :(
Padahal aku sudah menjadi istri yang gak menuntut ini itu.  Contoh hape aku gak tau passwordnya dari pacaran sampe menikahpun aku yaudah.  Dia bermain api dibelakangku aku memaafkan.  Dia chat sama cewek lain aku gak bisa melarangnya.  Ketika aku melarang dia akan marah. Ketika dia menceritakan wanita2 itu hatiku begitu sakit.  Aku kira dia akan berubah total gegara kejadian februari ternyata gak sama sekali. Dia tetep aja seperti dulu gak mau membantuku, tetap privat handphone,  tetap chat sama wanita2,  tetap seperti dulu. 
Aku terlalu berharap dengan memaafkannya dia akan memanjakanku. Aku kira aku akan begitu dimanjakan,  disayang dan dia merasa bersalah.  Ternyata harapan palsu dan nggak akan mungkin. 

Ya allah aku harap allah mengambilku ketika aku sudah cukup untuk masuk surgamu.  Aku ingin menjadi ibu untuk anakku dulu. Sesakit apapun aku,  aku memohon padamu ya allah sembuhkan aku ya allah. 

No comments:

Post a Comment